Gajah Dwiki Hembuskan Nafas Terakhir Akibat Malnutrisi Setelah Tak Mau Makan
MEDAN, FORESTEARTH.id – Gajah jantan berusia 43 tahun yang selama ini berada di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC), Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) menghembuskan nafas terakhirnya akibat malnutrisi. Petugas yang sudah berupaya keras memberikan perawatan intensif namun kondisinya semakin melemah.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut), Rudianto Saragih menjelaskan sebelum berada di ANECC, gajah Dwiki berada di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS). Dia dipindahkan ke ANECC bersama gajah betina bernama Dini pada 18 Desember 2022.
Pemindahan gajah ini didampingi Tim medis dokter hewan dari Vesswic. Setelah sampai di ANECC dilakukan perawatan intensif dengan diberikan pakan, obat-obatan dan vitamin. Pada 7-8 Januari 2023, Tim Medis Vesswic, yaitu drh. Daniel Sianipar dan drh. Munhar memantau kesehatan gajah Dwiki dan Dini.
Pada saat pemeriksaan kondisi kesehatan gajah Dwiki bahwa ditemukan kondisi luka luar di pipi kanan sudah mulai membaik dan gajah sudah mulai makan dan minum walaupun sedikit. Namun pada Minggu kedua Februari 2023, gajah Dwiki mulai mengalami perubahan perilaku yaitu tidak mau makan.
“Atas kondisi tersebut, pada tanggal 11 Februari 2023, dokter Vesswic kembali turun ke ANECC. Selanjutnya tim vesswic juga dibatu oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik dengan mengirimkan dokter hewan ahli gajah dari Taman Safari Indonesia (TSI), drh. Bongot Huaso Muka dan drh. M. Nanang Tejolaksono,” katanya, Kamis (16/2/2023).
Kedatangan mereka untuk melaksanakan perawatan intensif gajah Dwiki mulai dari memberikan 100 botol infus, obat-obatan dan vitamin. Namun kondisi gajah Dwiki semakin melemah. “Dan akhirnya pada Selasa, 14 Pebruari 2023, pukul 06.20 Wib tidak tertolong lagi dan dinyatakan mati,” katanya.
Selanjutnya dilakukan nekropsi dengan hasil sesuai dengan penjelasan dokter, gajah Dwiki mengalami infeksi pada gigi kanan bawah sehingga tidak bisa tumbuh secara normal, hal ini mengakibatkan gigi graham atas yang sehat tidak tumbuh normal, sehingga penampakan gigi menjadi asimetris antara kiri dan kanan.
Dikatakannya, kelainan struktur gigi ini mengakibatkan gajah sulit untuk makan, dan makanan yang masuk berkurang, hal ini berdampak pada lambung, volumenya tidak bisa optimal. Diperparah dengan intosusepsi lambung sehingga berdampak pada malnutrisi dan malabsorsi.
“Di mana tubuh kesulitan menyerap nutrisi dari makanan sehingga terjadi penurunan kesehatan dan berat badan,” katanya.
Rudi menjelaskan, setelah kematian gajah Dwiki, langsung dilakukan tindakan nekropsi oleh tim dokter hewan Vesswic, TSI dan BBKSDA Sumut. Hasil nekropsi ditemukan luka rahang bagian dalam sehingga gajah tidak mau makan sehingga mengalami kematian. Saat nekropsi sample diambil bagian tubuh yaitu hati, paru, ginjal, jantung, limpa dan vesica urinaria.
Hal tersebut untuk pemeriksaan histopatologi di Balai Veteriner Medan guna mendapatkan informasi yang lebih valid terkait kematian Gajah Dwiki. Selesai nekropsi bangkai gajah Dwiki pada tanggal 14 Pebruari 2023 dikuburkan di lokasi ANECC, sedangkan gading gajah dipotong untuk disimpan di BBKSDA Sumut.
“BBKSDA Sumut bersama dokter dari Jakarta saat ini memeriksa semua kesehatan gajah di ANECC, BNWS dan di Pusat Pelatihan Gajah Holiday Resort. Pemeriksaan ini meliputi kesehatan dan pengambilan sampel dan darah untuk dibawa ke laboratorium. Dengan pemeriksaan ini diharapkan keaejahteraan dan kesejatan gajah-gajah di ex situ terjemin,” katanya.
Leave a Comment