Hobi Menanam hingga Menjadi Penangkar: Perjuangan Menghijaukan Kembali Bumi
MEDAN, ForestEarth.d – Namanya Sulaiman Ginting. Tinggal di Dusun 3, Desa Namupecawir, Kecamatan Biru-biru, kabupaten Deli Serdang. Dia adalah penangkar tanaman yang merasa prihatin melihat banyak pohon ditebangi tanpa ada upaya penanaman kembali. Sebagai orang yang gemar berkebun, ia melihat dampak negatif dari hilangnya pepohonan, seperti erosi tanah, berkurangnya sumber air, dan meningkatnya suhu udara.
Berawal dari hobi sederhana menanam tanaman di halaman rumahnya, Sulaiman mulai mengembangkan minat yang lebih besar terhadap tanaman dan kelestarian lingkungan. Setiap hari, ia menyisihkan waktu untuk menanam berbagai jenis tanaman, khususnya tanaman tahunan. Kegiatannya ini tidak hanya memberikan kepuasan pribadi, tetapi juga membawa dampak positif bagi lingkungan sekitar rumahnya.
Terjun Menjadi Penangkar Tanaman
Kepeduliannya terhadap lingkungan mendorongnya untuk melakukan lebih banyak. Ia memutuskan untuk mempelajari lebih dalam tentang teknik pembibitan dan penangkaran tanaman. Dengan modal pengetahuan yang didapat dari berbagai sumber, Sulaiman mulai membibitkan berbagai jenis pohon berbuah yang selain memiliki ekologis juga memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti pohon durian, mangga, alpukat, asam, dan lain sebagainya.
Di antara banyaknya jenis tanaman, Sulaiman lebih fokus pada durian. Dia membibitkan lebih dari 70 jenis durian dengan 10 di antaranya merupakan yang paling dicari karena segi produksi, kecepatan berbuah, harga buah, dan lainnya seperti namlung petaling dan super tembaga dari Bangka Belitung. Durian sikesip, kani, ginting, sikapal dari Sumatera hingga musang king, green skin, duri hitam, D14, 101 dan lainnya dari Malaysia.
Dijelaskannya, durian yang dikenal sebagai “raja buah” di Asia Tenggara ini bukan hanya terkenal karena rasanya yang unik tetapi juga memiliki potensi besar dalam program penghijauan. Penggunaan bibit durian untuk penghijauan bisa menjadi solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah deforestasi dan degradasi lahan, sekaligus memberikan nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat.
“Durian ini kan bisa tumbuh besar dan kanopi lebat. Dalam upaya pemulihan ekosistem yang terdegradasi, durian ini bisa memperbaiki struktur tanah, mengurangi erosi, dan menyediakan habitat atau makanan bagi berbagai spesies flora dan fauna di hutan,” katanya.
Tak cuma itu, seperti pohon-pohon besar lainnya, durian mampu menyerap karbon dioksida dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Penanaman durian dalam skala besar dapat berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim dengan mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer. “Penanaman durian dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani dan masyarakat sekitar sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya penghijauan,” katanya.
Dikatakan Sulaiman, sejak memulai menangkarkan tanaman dari tahun 2011, hampir tak terhitung berapa bibit durian yang diproduksinya dan ditanam di berbagai daerah. Tidak hanya di Sumatera, tetapi juga hingga ke Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Bibit durian itu dikirim untuk berbagai kepentingan mulai dari penanaman pribadi hingga penghijauan di wilayah yang sudah gundul.
“Jumlahnya tak terhitung lagi lah. Kita kan biasa kerjasama dengan pemerintah dan lsm yang punya program penghijauan atau pun perseorangan yang mau nanam di ladangnya,” katanya.
Di Desa Paya Roba, Binjai, seorang penangkar tanaman bernama Sunardi. Dia juga mengawalinya dari hobi. Selama ini Sunardi dikenal sebagai penemu jambu air madu deli yang berwarna hijau dan merah. Sebagaimana lokasi penangkaran lainnya, di tempat Sunardi juga ditemukan banyak jenis bibit tanaman.
“Tentu saja tidak hanya bibit jambu ya. Tapi juga ada tanaman lain. Kita juga menyediakan berbagai jenis tanaman untuk penghijauan. Itu kan tanaman keras ya. Durian, alpukat, itu paling banyak diminta,” katanya.
Dikatakannya, penanaman bibit durian untuk penghijauan menawarkan berbagai manfaat ekologis dan ekonomi yang signifikan. Meskipun menghadapi beberapa tantangan, dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai, program ini dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi deforestasi dan memperbaiki kualitas lingkungan.
“Kalau di ladang pribadi, durian dipanen untuk kita makan, kalau di hutan, kita menyediakannya untuk hewan,” katanya.
Dengan semakin banyaknya bibit yang tersedia, program penghijauan mulai dilaksanakan di berbagai lokasi yang mengalami deforestasi parah. Desa-desa yang dulunya gersang mulai dihiasi dengan tunas-tunas pohon baru. Para penduduk setempat pun dilibatkan dalam proses penanaman dan perawatan pohon-pohon tersebut.
Dikatakannya, program penghijauan ini tidak hanya membantu mengembalikan keseimbangan ekosistem, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat, seperti peningkatan kualitas udara, pengurangan erosi tanah, dan peningkatan ketersediaan air. Selain itu, adanya program penghijauan ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga desa, seperti pengembangan agrowisata dan peningkatan hasil pertanian.
Kisah Sulaiman Ginting dan Sunardi adalah contoh inspiratif bagaimana kepedulian dan tindakan kecil dapat membawa perubahan besar. Berawal dari hobi menanam, ia berhasil mengembangkan usaha penangkaran tanaman yang berkontribusi dalam upaya penghijauan wilayah yang mengalami deforestasi.
Dengan dukungan komunitas dan lembaga terkait, langkah-langkah kecil ini dapat terus berkembang dan memberikan dampak yang lebih luas, membantu memitigasi perubahan iklim dan menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang.
Leave a Comment