4 Desa Dampingan GJI Terapkan Konsep Permakultur
MEDAN, ForestEarth.id – Sektor pertanian di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi tulang punggung perekonomian daerah, menyumbang 45,81% dari PDRB pada tahun 2019. Dalam hal tersebut Green Justice Indonesia mendorong penerapan konsep pertanian berkelanjutan yang sesuai dengan kultur masyarakat yang sekaligus meningkatkan kualitas lahan, memberikan hasil dan pendapatan dan tetap berkelanjutan untuk masa depan.
Pertanian berkelanjutan yang dimaksud adalah konsep permakultur. Sebagaimana diketahui, permakultur adalah pendekatan berkelanjutan yang mencakup berbagai aspek pertanian dan kehidupan, dirancang untuk menciptakan sistem yang harmonis dengan alam. Konsep ini mengintegrasikan agroekologi, pertanian biodinamika, dan teknik pertanian organik untuk mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien.
Upaya GJI dalam memperkenalkan konsep permakultur kepada masyarakat sudah dilakukan sejak survey awal di pertengahan November 2023 di Desa Simardangiang, Desa Pangurdotan, Kecamata Pahae Julu, Desa Sitolu Ompu, Kecamatan Pahae Jae dan Dusun Hopong, Desa Dolok Sanggul, Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam survey tersebut diketahui sudah ada beberapa warga yang menerapkan konsep permakultur.
Pada sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan, dengan padi sebagai tanaman utama yang luas panen di kabupaten ini mencapai 42.162 hektar. Dalam sub sektor peternakan, ternak yang umum dikembangkan adalah sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan babi, dengan babi dan kerbau sebagai prioritas karena perannya dalam konsumsi dan acara adat Batak.
Sedangkan untuk tanaman sayuran, cabe memiliki luas panen terbesar yakni 1.680 hektare. Pada umumnya, perkebunan di Tapanuli Utara adalah perkebunan rakyat, belum terdapat perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan. Walaupun demikian di masa mendatang perkebunan rakyat ini diharapkan semakin berkembang.
Jenis ikan yang dibudidayakan termasuk ikan mas, ikan nila, dan ikan lele, dengan ikan mas memiliki permintaan tinggi untuk konsumsi dan acara adat. Penerapan konsep permakultur sangat penting untuk menghadapi kebutuhan pangan yang meningkat dan lahan hunian yang semakin meluas.
Permakultur bukan hanya teknik pertanian, tetapi juga perancangan sistem kehidupan yang mencakup agroekologi, conservation farming, pertanian biodinamika, teknik pertanian organik, agroforestri, dan integrated farming. Dengan permakultur, Kabupaten Tapanuli Utara dapat mengembangkan pertaniannya secara berkelanjutan, meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, dan menciptakan sistem kehidupan yang lebih harmonis dengan alam.
GJI mendorong penerapan konsep permakultur ini dengan tujuan menunjukkan bagaimana konsep permakultur yang disesuaikan dengan kultur masyarakat setempat sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial yang lebar dengan konsep desain yang memadai. Selain itu, mengelola pertanian dan peternakan yang meningkatkan kualitas lahan, memberikan hasil dan pendapatan dan tetap berkelanjutan untuk masa depan.
Kemudian, melestarikan, mendukung dan kerjasama dengan budaya dan lingkungan setempat dan tumbuh bersama dalam waktu bersamaan dan menjaga integritas harmonisasi antara alam dan manusia yang bersifat permanen
Dalam diskusi yang dilakukan dengan masyarkat yang melibatkan laki-laki dan perempuan itu, GJI memaparkan pengenalan design dan zonasi permakultur, perbedaan dampak penggunaan pupuk kimia, pestisida, kimia dan pupuk organic, pemilihan lokasi untuk penerapan permakultur dan pola tanam yang tepat.
Kemudian analisis masing-masing elemen – ayam, tanaman, kandang, bedengan kebun sayur dan kolam ikan. Beberapa jenis komoditas yang dikembangkan oleh masyarakat di 4 desa dampingan GJI yakni jagung, bawang-bawangan, cabai, ubi-ubian, kacang panjang, pisang, pepaya, tebu, hewan unggas, babi, ikan mas, dan lele organik.
Dalam pengembanga kolam ikan, GJI menghadirkan narasumber Freddy Hutabarat, seorang peternak ikan yang berpengalaman menerapkan pola dan system ternak tradisional/organik. Dalam kesempatan itu, Freddy berbagi pengalaman tentang pengelolaan pakan ternak lele menggunakan Azola, Keong, proses pemindahan bibit lele dari penangkar ke kolam dengan cara alami.
Cara yang ditunjukkan adalah menaburkan daun papaya yang digiling dengan gula merah. Selain itu juga tentang pemberian pakan di malam hari. Menurut Freddy, budidaya ikan lele secara tradisonal memanfaatkan apa yang tersedia di alam. Hal ini diedukasi karena akan membuat bibit lele lebih cepat bertumbuh dan produksi hasil ternak lebih maksimal.
Selain menggelar pelatihan, GJI juga memberikan bibit ikan lele, bibit tanaman pangan dan anak ayam kampung kepada masyarakat di 4 desa dan dusun tersebut.
Leave a Comment